Selamat Datang, Slahkan Masuk di Blog Saya,...

Blog ini berisi artikel-artikel menarik baik artikel Islam maupun umum yang bertujuan menambah wawasan sahabat-sahabat semua,...yang kadang sering tak terduga di sekitar kita..

Senin, 26 Maret 2012

Larangan Mendekati Pengkultusan Guru & Perlunya Terus Belajar Islam


Sebagai muslim kita diperintahkan untuk terus mencari ilmu. Namun perlu diperhatikan bahwa selain ilmu yang dipelajari harus baik, pastikan juga ilmu tersebut sesuai dengan aqidah Islam, dan tinggalkan yang tidak sesuai.
Izinkan saya mengutip sebuah artikel dari titah-motivasihatinurani.blogspot.com/2011/05/latihan-pengikisan-ego-dan-pengkultusan.html :
******
Sang Suami: Benar Isteriku, Guru bersifat
sangat pribadi, tidak ada hubungan dengan
berita di luar, kita harus merasakannya
sendiri. Santa Maria Magdalena meminyaki
kaki Gurunya dengan minyak yang sangat
mahal dan membersihkannya dengan
rambutnya. Hanya Sang Santa sendiri yang
dapat merasakan betapa berharganya Sang
Guru yang telah mengikis egonya. Orang
luar selalu menyalahkannya, mengapa
memboroskan uang yang bisa bermanfaat
bagi masyarakat hanya untuk meminyaki
kaki seorang Guru. Sang Santa dianggap
mengkultuskan Sang Guru. Sebagian
sahabatnya pun cemburu, mengapa Sang
Santa bisa demikian pasrah.
Sang Isteri: Seorang Guru menggunakan
berbagai cara untuk mengikis ego para
muridnya. Masyarakat umum dengan
menggunakan ego mereka ingin masuk
kelompok pengajian atau pendalaman dan
mereka ingin didudukkan sejajar dengan
para pengajar. Mereka butuh
penghormatan karena ego mereka. Itulah
sebabnya mereka tidak bisa menerima
seseorang yang patuh pada seorang Guru.
Ego mereka tidak dapat menerima hal
tersebut, mereka tersinggung dan
mengatakan hal tersebut sebagai kultus
pada seorang Guru. Mereka tidak
menyadari bahwa belajar tanpa
menanggalkan ego tersebut sudah terbukti
tidak dapat mendamaikan diri dan tidak
pernah mendamaikan dunia. Hanya bila
banyak manusia yang sadar, menyadari
egonya, menyadari jati dirinya, akan muncul
rasa “Cinta” dan Love is the only solution.
Sang Suami: Kegerahan mereka kala
melihat beberapa orang yang patuh
terhadap Sang Guru membuktikan betapa
kuatnya ego mereka. Mereka sendiri belum
“mampu” menundukkan kepala. Mereka
belum dapat memahami latihan pengikisan
ego yang bukan mengkultuskan seseorang.
Semoga semakin banyak orang yang sadar,
semoga Keberadaan menumbuhkan rasa
“Cinta” di banyak manusia.
Love is the only solution.
by. Triwidodo
******
Artikel di atas memang membawa pesan yang mulia. Tanpa bermaksud untuk membantah nilai-nilai moral yang disampaikan (kewajiban menghormati guru dan larangan menuruti ego yaitu hawa nafsu), kita perlu sadari bahwa Islam telah mengajarkan batasan yang jelas tentang bagaimana adab menghormati guru dan pengkultusan seperti apa yang dilarang.
Bandingkan sikap dalam cerita di atas dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah:
******
Ketika itu Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam sedang mengadakan perjalanan dengan beberapa sahabatnya. Sebut saja kala itu sedang melakukan safari dakwah. Tiba-tiba rombongan itu dicegat oleh seorang Muslim, yang kemudian memohon
Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam agar berkenan mampir dulu ke rumahnya. Maksud yang bersangkutan ternyata ingin
menjamu rombongan tersebut. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak mau membuatnya kecewa. Oleh karena itu, dengan senang hati beliau mengabulkan
keinginan sahabatnya tersebut.
Namun, setibanya di rumah sahabat itu, ternyata hidangan belum siap disantap. Dengan kata lain makanannya belum matang.Bahkan, kambingnya pun belum dipotong.Karena demikian halnya, salah seorang dan mereka meminta izin Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam untuk membantu menyembelihkan kambing itu. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam mengangguk tanda setuju. Seorang lagi mengatakan, bahwa ia akan mengulitinya. Sementara yang lainnya menyanggupi untuk mencincangnya. Ada pula yang menyediakan tenaga untuk memasaknya sehingga kemudian siap untuk
dinikmati bersama. Semua itu dilakukan, boleh jadi karena mereka khawatir ketinggalan dalam beramal. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam amat senang mendengar kesediaan para sahabat untuk berpartisipasi sesuai dengan kesanggupan masing-masing.
Tidak lama kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata, "Baiklah, sekarang kerjakan tugas kalian masing-masing. Aku pun akan membantu kalian dengan mencari kayu bakarnya."
Keruan saja para sahabat terperanjat mendengar ucapan Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam tersebut. Tidak heran kalau
hampir secara bersamaan mereka berkata, "Ya Rasulullah, jangan lakukan itu. Biarkan kami yang mengerjakannya. Engkau mengetahui bahwa tenaga kami pun cukup untuk semua itu!"
Memang benar, tanpa keterlibatan Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam pun, urusan itu bisa selesai. Namun, beliau tetap
melakukannya.
Seraya mengapresiasi keikhlasan mereka, beliau menjelaskan, "Alimtu annakum takjunani, walakinni akrahu an
atamayyaza 'alaykum. Wa'lam annallaha yakrahu 'abdahu mumayyazan bayna ashhabih"
(Aku tahu wahai para sahabat, bahwa tanpa kontribusiku, tenaga kalian cukup untuk pekerjaan yang satu ini. Akan tetapi, aku tidak suka jika diistimewakan lebih
dan kalian. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Subhana Wa Ta'ala tidak menyenangi hamba-Nya, yang ingin mendapat perlakuan khusus di antara sahabat-sahabatnya).
Dengan mencermati kisah tersebut, kita sampai pada kesimpulan bahwa Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah tipe seorang pemimpin yang tidak sekadar siap bekerja sama dengan para sahabatnya. Melainkan juga seorang panutan yang tidak suka diperlakukan secara istimewa. Mengapa demikian? Sebab Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam sangat paham betul, bahwa
siapa pun yang menginginkan perlakuan seperti itu, pada hakikatnya ia sedang mempersiapkan diri untuk menerima
kemurkaan Allah Subhana Wa Ta'ala
******
(oleh A. Hajar Sanusi, dikutip dari www.lailahaillallah.com/blog/orang-yang-istimewa-tak-mau-diistimewakan/ )
Kalau Rasulullah saja tidak mau diistimewakan, bagaimana dengan kita-kita ini, apakah merasa pantas untuk diperlakukan lebih istimewa dari Rasulullah?
Tentang pengkultusan itu sendiri, jangankan mengkultuskan manusia secara terang-terangan..mendekatinya saja dilarang, semisal menggambar/melukis dan memahat patung serupa manusia.
Jibril a.s. pernah minta ijin kepada Rasulullah SAW. Untuk masuk rumahnya kemudian Nabi SAW. Berkata kepada Jibril a.s.:
“Masuklah! Tetapi,Jibril menjawab: Bagaimana saya masuk sedang di dalam rumahmu itu ada gorden yang penuh gambar! Tetapi, kalau engkau tetap akan memakainya, maka putuskanlah kepalanya atau potonglah untuk di buat bantal atau buatlah tikar.” (Riwayat Nasa’I dan Ibnu Hibban)
Jibril pernah tidak mau masuk rumah Nabi SAW. Karena di depan pintu rumahnya ada patung, hari berikutnya Jibril tetap tidak mau masuk sehingga ia mengatakan kepada Nabi SAW.: “Perintahkan untuk memotong kepala patung itu, sehingga menjadi seperti kepala pohon” (Riwayat Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
“Sesungguhnya orang yang paling berat siksanya nanti pada hari kiamat ialah orang-orang yang menggambar” (Riwayat Muslim)
“Singkirkanlah gorden itu dariku karena gambar-gambarnya selalu tampak dalam shalatku” (Riwayat Bukhari)
Terhadap orang yang membuat patung atau gambar Rasulullah pernah bersabda:
“Siapakah orang yang lebih berbuat zalim selain orang yang bekerja membuat seperti ciptaan-Ku? Oleh Karena itu cobalah mereka membuat biji atau zarrah" (Hadist qudsi. Riwayat Bukhari dan Muslim)
Karena ilmu kita pasti terbatas, sebaiknya kita selalu berusaha untuk belajar ilmu agama Islam, baik itu fiqih, dari Kitab Suci Al-Quran, hadits-hadits sahih dan keterangan para ulama.
Semoga Allah senantiasa memberikan taufik, kekuatan dan kemudahan kepada kita untuk tetap berpegang teguh kepada ajaran Islam yang benar. Amii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar