Selamat Datang, Slahkan Masuk di Blog Saya,...

Blog ini berisi artikel-artikel menarik baik artikel Islam maupun umum yang bertujuan menambah wawasan sahabat-sahabat semua,...yang kadang sering tak terduga di sekitar kita..

Senin, 26 Maret 2012

Apakah Islam Mengajarkan Freedom of Speech atau Kebebasan Berbicara ?


Ajaran kontemporer modern menyatakan bahwa kebebasan berbicara (freedom of speech) merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi, perkecualianya adalah menyebarkan kebencian (hate speech). Apakah ajaran tersebut sesuai untuk diterapkan umat Islam? Mari kita lihat... Tidak Berkata Tanpa Dasar & Bertanya yang Tidak Bermanfaat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
" Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara pula.
Allah meridhai kalian bila kalian:
  1. Hanya beribadah kepada Allah semata
  2. Dan tidak mempersekutukan-Nya
  3. Serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya, dan janganlah kalian berpecah belah
Dan Allah membenci kalian bila kalian:
  1. Suka qiila wa qaala (berkata tanpa dasar)
  2. Banyak bertanya (yang tidak berfaedah)
  3. Menyia-nyiakan harta "
(HR. Muslim no. 1715) Dapat disimpulkan, agama Islam memberikan kebebasan berbicara dengan catatan: melarang berkata-kata tanpa dasar dan bertanya-tanya yang tidak bermanfaat.
Wajib Memeriksa Kebenaran suatu Perkataan
Dalam Surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan berburuk sangka dan menggunjing, Allah berfirman yang artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik (sering melanggar perintah Allah) membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu"

Tidak Boleh Berburuk Sangka dan Menggunjing (Bergosip)Allah melarang muslim menggunjingkan orang lain / bergosip dalam Al-Qur’an surat Al-Hujuraat ayat 11 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”

Allah melarang muslim berprasangka buruk dalam Al-Qur’an surat Al-Hujuraat ayat 12 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

Kalau bergosip saja dilarang oleh agama Islam, maka hate speech (berkata-kata menyebar kebencian) tentu saja jauh lebih tegas lagi larangannya! Sedemikian pedulinya ajaran Islam dalam melindungi akhlak umatnya, jauh lebih dalam dibandingkan ajaran kontemporer yang lahir dari akal pemikiran manusia semata. Tidak Boleh Meneruskan Berita yang Diragukan Kebenarannya
Allah memperingatkan muslim untuk tidak sembarangan meneruskan apa yang kita dengar, dalam Al-Qur’an surat An-Nuur ayat 15 yang artinya:

“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah benar”.

Kewajiban Menasehati yang Baik kepada Siapa pun, Tak Terkecuali kepada PenguasaKalau tadi saya telah membahas hal-hal apa saja dilarang Islam untuk dibicarakan, maka sebaliknya, sesungguhnya saling menasehati dalam kebaikan dengan kesabaran (terus-menerus tak kenal lelah/bosan) adalah kewajiban semua Muslim sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” [Al A’raaf:7]

Memberi nasehat bukan hanya kewajiban ulama, tapi merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang telah mengetahui. Sesungguhnya, orang yang tidak suka nasehat-menasehati, termasuk orang-orang yang rugi:
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” [Al Ashr:2-3]

Allah mengatakan bahwa orang yang menyeru pada kebajikan dan mencegah kemunkaran sebagai orang-orang yang menang/beruntung:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imron:104]

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Ali Imron:110]

Jika kita tidak ingin menjadi orang yang rugi. Jika kita ingin menjadi orang-orang yang menang/beruntung. Tuntutlah ilmu, amalkanlah, dan selalu nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.Jangan diam ketika melihat kemungkaran. Lakukan sesuatu, semampu anda. Bahkan sebagai rakyat kita tidak boleh membiarkan penguasa bertindak sewenang-wenang dan lalai dari ajaran agama. Menasehati penguasa dan pejabat pemerintahan bukanlah hal mudah, namun kita bisa melakukannya. Karena  beramar ma’ruf nahi munkar kepada mereka merupakan jihad yang besar. Rasulullah SAW bersabda:
"Jihad yang paling utama adalah perkataan di hadapan penguasa yang lalim"

(HR. Ibnu Majah dan Ahmad)Kewajiban Menerima Nasehat dengan Lapang Dada
Sekarang ini banyak di antara kita yang "bebal" apabila dinasehati (sayangnya, saya sendiri juga sering begitu), karena merasa sudah tahu, merasa sudah pintar. Padahal, kalau kita bercermin pada generasi salaf pendahulu kita, para shalihin senantiasa menasehati sulthan di zaman mereka. Itu sulthan lho... Nah memangnya jabatan/pangkat kita apa di hadapan Allah, kalau sudah merasa benar duluan kalau dinasehati?
Umar bin Khattab saat menjabat sebagai khalifah pernah dinasehati seorang wanita. Suatu hari Umar ra. Keluar dari mesjid bersama sahabatnya Al-Jarud. Mereka berpapasan dengan seorang wanita yang mengucapkan salam kepada Umar dan berkata, "Wahai Umar, dulu akulah yang menjagamu selagi kau masih kecil.
Di pasar Ukazh engkau bergelut dengan anak-anak lain. Tiada terasa waktu berlalu, kini engkau telah menjadi amirul mukminin. Bertakwalah kepada Allah dalam urusan rakyatmu. Ingatlah, siapa yang takut pada kematian, maka dia akan takut kepada apa yang belum dia dapatkan."
Mendengar kata-kata wanita itu Umar pun menangis. Al-Jarud yang berdiri di sampingnya marah dan berkata kepada wanita tersebut, "Hei, kau telah berbuat lancang kepada amirul mukminin dan membuat beliau menangis!"
Umar melarang Al-Jarud yang memarahi si wanita, "Biarkan dia Al-Jarud, tahukah engkau siapa wanita ini? Dia adalah Khaulah binti Hakim, wanita yang didengar Allah perkataannya dari atas langitNya. Demi Allah, Umar tentu lebih layak untuk mendengar kata-katanya."
Umar adalah contoh penguasa beriman yang mau menerina nasehat, kritik, dan teguran dari siapa pun dengan lapang dada. Sikap berjiwa besar seperti inilah yang patut kita teladani, terlepas dari posisi kita sebagai "orang biasa", dan terlebih lagi bagi para penguasa/pejabat.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, sudah jelaslah kalau agama Islam mengajarkan konsep kebebasan berbicara yang lebih lengkap dan memiliki koridor yang jelas dalam membangun akhlak umat yang lebih baik. Setiap perkataan sudah memiliki batasan (hukum) yang jelas, apakah perkataan tersebut dilarang, diperbolehkan, dianjurkan atau bahkan diwajibkan (diwajibkan = berdosa bagi yang tidak melakukannya padahal ada kesempatan). Yuk senantiasa mendekatkan diri kita kepada perkataan-perkataan yang diridhoi Allah. :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar