Selamat Datang, Slahkan Masuk di Blog Saya,...

Blog ini berisi artikel-artikel menarik baik artikel Islam maupun umum yang bertujuan menambah wawasan sahabat-sahabat semua,...yang kadang sering tak terduga di sekitar kita..

Selasa, 29 Mei 2012

Jimat Karso

jimat
Kecil saja, hampir sebesar biji salak. Diikat dan dikalungkan di leher Karso. Entah terbuat dari apa, namun Karso terlanjur meyakininya sebagai jimat. Tolak bala bagi semua ancaman keselamatan. Memang terbukti, terakhir kali dua minggu lalu pelor polisi tak mempan menembus dadanya. Karso sehat walafiat, tanpa luka.
Karso memang seorang perampok. Jalan hidup yang sesungguhnya bukanlah sebuah keterpaksaan. Koh Ah Long pernah menawarinya menjadi centeng, mengawasi dan menjaga gudang tembakaunya. Tapi dia tolak mentah-mentah. Dia tak pernah mau menjadi bujang seseorang. Dengan ilmu kebal yang didapat lewat jimatnya itu, Karso lebih memilih menjadi pengeruk harta dari orang-orang kaya macam Koh Ah Long. Dosa? Ah dia sudah kehilangan nilai seperti itu sejak lama. Terlebih setahun setelah pergi meninggalkan rumah. Sebuah petaka yang menghancurkan keluarga. Entah siapa yang meracuni Karso, perilakunya mulai memburuk sejak dipecat mandor Juhri dari perkebunan karet. Kesehariannya kemudian berubah liar. Menganggur, mabuk, berjudi, dan bertengkar dengan ayahnya. Yang terakhirlah yang terparah. Karena kedapatan menjual gelang Anis, adiknya, ayah Karso akhirnya benar-benar murka. Karso diusir. Ibunya hanya bisa menangis-nangis. Tak bisa menahan, tak bisa juga menyesalkan.
Adalah Triman yang berhasil meyakinkan Karso soal jimat sebesar biji salak itu. Penasaran dan tanpa pertimbangan, Karso menggunakan sebagian uang hasil penjualan gelang itu untuk ditukar dengan jimat yang menurut Triman didapatnya dari seorang ajengan tempat Triman mengabdi. Karso percaya saja. Dia memang pernah mendengar Triman berhasil selamat tak terluka dari kecelakaan bis beberapa waktu lalu. Hanya Triman seorang. Penumpang lainnya kecuali luka berat, ya kehilangan nyawa. Tak banyak pantangan yang sempat disebutkan Triman. Tak ada juga amalan khusus yang mesti dilakukan sebelum kesaktian jimat itu berfungsi. Triman hanya menyampaikan bila kemampuan jimat itu akan bersinergi dengan raga Karso jika dia mampu menahan emosinya selama sebulan. Dan ternyata Karso berhasil. Kesaktian jimat itu bekerja sempurna. Korban dari aksi rampok pertamanya adalah bekas juragannya sendiri. Karso berhasil membawa kabur uang sebesar 25 juta rupiah dari rumah pribadi juragan Juhri tanpa mampu dihadang oleh dua pengawalnya. Seperti mencandu, aksi rampoknya berulang dengan sukses. Dan Karso selalu saja selamat.
***
Menjelang Jumat malam di sebuah desa dimana aksi perampokan sering terjadi, tersiar kabar bahwa Karso sang perampok tewas tertembus peluru. Mayat Karso dikerubung warga yang penasaran. Soal kesaktian jimat Karso memang telah tersebar. Mereka ingin tahu kebenaran isu itu. Benarkah jimat itu sakti? Lalu mengapa Karso tetap mati meski di lehernya masih bergantung jimat kecil sebesar biji salak? Mungkin sedang sial saja. Entahlah.
Ada yang mengaitkan kesialan Karso dengan kematian ibunya dua hari lalu. Karso dianggap kualat karena tak menghadiri pemakaman ibunya. Walaupun sebenarnya itu karena Karso yang tak mau diketahui keberadaannya. Yang jelas sejak meninggalnya sang ibu, tak ada lagi doa kesalamatan bagi Karso yang dipanjatkannya tiap malam.
***
Bandung, 24 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar